Ini Hubungan Antara Erosi dan Sedimentasi Serta Banjir

Hutan - Hubungan Antara Erosi dan Sedimentasi Serta Banjir. Berbicara mengenai salah erosi tentu lekat kaitanya dengan tanah dan air. Tanah dan air juga lekat dengan kejadian sedimentasi. Artinya bahwa erosi dan sedimnetasi saling berkaitan satu sama lain.

Umumnya erosi timbul dari hujan lebat yang terjadi, kemudian air mampu memindahkan tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang rendah. Pada DAS (daerah aliran sungai) air tentu mengalir ke sungai maupun anak sungai.

Tanah yang terbawa tersebut kemudian menghasilkan sedimen yang akan mengalami sedimentasi pada sungai, saluran air atau waduk. Sedimentasi akan menyebabkan pendangkalan yang selanjutnya akan menaikkan permukaan air ketika terjadi banjir.


Pada selanjutnya, tanah yang tersedimnentasi itu berpindah lagi akibat banjir. Hal ini sebenarnya menyebabkan kerugian besar. Tanah bagian hulu akan berpindah ke bagian hilir. Tanah tersebut tentu saja lapisan tanah bagian atas yang notabene memiliki kesuburan yang tinggi.

Skenario lebih buruk mengenai dampak erosi adalah mega sedimentasi, yakni pendangkalan besar pada saluran air seperti waduk dan bendungan yang kemudian tidak dapat berfungsi normal lagi. 

Kemudian saat musim hujan tiba maka air disekitarnya akan bermuara di lokasi tersebut. dengan daya tanpung yang telah berkurang karena adanya sedimentasi maka waduk atau bendungan akan meluap sehingga menyebabkan bencana banjir.

Sedimantasi pada sungai, waduk dan bendungan oleh erosi ini juga mengancam biodiversitas pada ekosistem tersebut. Secara langsung ikan, biota air dan lingkungan danau akan terganggu jika memang ada sedimentasi.

Tak jarang kita melihat ada sungai yang tiap tahun harus “dikeruk”, bahkan di beberapa saluran irigasi tiap tahunnya ada penjadwalan pengerukan sedimentasi. Padahal pencegahan erosi adalah solusi terbaik ketimbang penanganan kejadiannya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi erosi yakni erodibilitas, tutupan lahan, besarnya curah hujan, kemiringan dan kondisi tanah.  Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas) merupakan ciri-ciri dari bahan yang terkena erosi (seperti tanah atau bebatuan) yang berhubungan dengan kepekaannya terhadap kekuatan-kekuatan yang mampu mengerosi. 


Contohnya Pasir memiliki tingkat eridibilitas lebih tinggi dibandingkan dengan tanah liat.  Misalnya, pasir lebih besar erodibiltasnya dibandingkan dengan tanah liat.

Permasalahan erosi ini tidak sedikit menimpa negara kita. Erosi makin menjadi tak kala vegetasi hutan rusak atau justru hutan kawasan hutan yang beralih fungsi. Oleh sebab itu upaya konservasi memang penting dilakukan.


Gambar dihimpun dari berbagai sumber

Beberapa praktek konservasi tanah yang dapat dilakukan antara lain: contour cultivication, strip cropping, contour terracing, grass waterways, basing listing, deep subsoiling dan kontrol vegetasi. Cara tersebut dianggap lebih efektif dan lazim dilakuakan.

Hal kecil yang bisa kita saksikan dari fenomena ini yakni penampakan air sungai yang keruh atau berwarna cokelat. Air tersebut bercampur dengan partikel tanah yang menyebabkan warnanya tak jernih lagi. Jarang kita menjumpai sungai yang airnya masih jernih kecuali di hulu atau di bagian pegunugan yang masih terjaga hutan dan alamnya.

Bisa juga kita artikan bahwa sedimentasi, erosi dan banjir merupakan bencana satu paket dimana erosi menjadi awalan penyebabnya. Hubungan antara erosi, sedimentasi dan banjir layaknya rangkaian berkelanjutan yang sebenarnya bisa diatasi.

Mengapa Harus Diatasi ?
Ada Dampak Negatif Erosi

Munculnya lahan kritis, hilangnya kesuburan tanah, pendangkalan dan pencemara dataran rendah.

Dampak Negatif Sedimentasi

Penurunan biodiversitas, peningkata kekeruhan air, laju aliran air terhambat, mengurangnya daya tampung bendungan dan debit airnya.

Dampak Negatif  Banjir

Rusaknya sarana dan prasarana, rusaknya daerah aliran sungai, pencemaran lingkungan dan kerugian secara ekonomi dan sosial. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama